Menua Seperti Tom Cruise

Mission: Impossible – Dead Reckoning Part One

Semakin sering kita menonton film Mission Impossible semakin kita sadar bahwa yang Impossible bukanlah jalan ceritanya tapi cara film itu diproduksi. Mission Impossible yang sebenarnya adalah bagaimana film itu dibuat.

Kita semua tahu Mission Impossible adalah film action seperti kebanyakan film-film bergenre action lainnya. Tapi disaat yang bersamaan kita juga sadar film ini berbeda dengan film action lainnya, atau lebih tepatnya, Mission Impossible bukan film aksi biasa.

Pertama, karena adegan-adegan di film Mission Impossible benar-benar impossible, benar-benar tidak mungkin. Hampir tidak mungkin. Bedakan dengan film-film lain yang juga berisi adegan-adegan ekstrim, misalnya Fast and Furious. Apa yang dilakukan di film Fast and Furious juga tidak mungkin dilakukan di dunia nyata. Tapi bukan impossible, melainkan khayalan. Bagaimana bisa manusia berkendara dengan mobil di luar angkasa. Mobil secanggih apapun saya yakin tidak akan bisa melakukannya, belum. Siapa tahu besok-besok ilmuwan kita menemukan mobil yang bisa terbang sampai luar angkasa. Kalaupun ada, siapa pula yang mau melakukannya? Siapa yang menjamin pengemudi mobil yang mengemudikan mobilnya ke luar angkasa bisa pulang selamat. Jangankan pulang selamat, bisa berangkat dengan selamat saja sudah syukur. Tapi Mission Impossible berbeda, memanjat Burj Khalifa, bergelantungan di pesawat yang tengah lepas landas, dan mengemudikan helikopter yang hampir jatuh masih kita lihat sebagai hal yang mungkin, walaupun impossible. Semua ini karena kita tahu ada buktinya.

Tom Cruise. Pria gila yang rela melakukan hal-hal ekstrim demi filmnya. Menukar keselamatan nyawanya demi sebuah rekaman. Kita semua tahu Tom Cruise melakukan aksi-aksinya di film Mission Impossible sendirian, tanpa pemeran pengganti. Kita juga tahu Tom Cruise selalu berusaha meminimalisir penggunaan CGI di film-filmnya. Yang berarti ketika film Mission Impossible menampilkan adegan Tom Cruise berlari di Burj Khalifa, maka itulah yang terjadi sebenarnya. Dilakukan sendiri. Tanpa pemeran pengganti, Tanpa efek khusus. Kita sering lihat di film-film aksi, adegan kejar-kejaran menggunakan sepeda motor, pengemudi sepeda motor seringkali menggunakan helm full face. Hal ini dilakukan untuk memperkuat jalan cerita, karena motorannya kenceng makannya pakai helm biar aman, tapi kita tahu ini punya fungsi lain, yaitu agar penonton tidak sadar kalau yang mengendarai motor di adegan itu adalah pemeran pengganti, yang memang seorang yang ahli dibidangnya. Tapi Mission Impossible berbeda, Tom Cruise mengendarai motor tanpa helm, bahkan ada adegan dimana ia melihat ke arah kamera, seniat itu ia meyakinkan kita para penonton jika ia melakukannya sendiri tanpa bantuan stuntman. Bahkan adegan terjun dari pesawat, helmnya pun dibuat khusus agar wajah Tom Cruise bisa terlihat di kamera.

Tapi yang paling gila dari semua itu adalah, Tom Cruise melakukan semua adegan ekstrim ini di usia yang tidak lagi muda. Tahun ini Pria ini berumur 61 tahun. Enam puluh satu. Bayangkan ada bapak-bapak -atau menyebutnya kakek juga tidak salah- usia 61 tahun bergelantungan di pesawat yang sedang lepas landas hanya dengan 2 buah tali sebagai pengaman, menyelam dan menahan nafas di air selama bermenit-menit, berjalan di gedung tertinggi di dunia, dan di film Top Gun: Maverick, film diluar Mission Impossible, pria yang sama menerbangkan pesawat jet dengan kecepatan lebih dari 2.000 km/jam. Bahkan orang yang usianya jauh lebih muda belum tentu bisa melakukan hal-hal ini.

Beberapa bulan lalu ketika saya menjalani KKN, salah satu kegiatan yang saya ikuti adalah Posyandu Lansia. Ketika itu saya teringat dengan Tom Cruise, disaat orang-orang seusianya mengantri untuk cek tensi dan mengambil obat, Tom Cruise malah kejar-kejaran diatas kereta. Apa jangan-jangan Tom Cruise tidak layak disebut lansia? Wkwkwk…

2019, Ketika saya harus bolak balik rumah sakit untuk opname, sejak itu kesadaran saya untuk menjaga kesehatan mulai meningkat. Tapi setelah menonton Top Gun: Maverick, kesadaran saya semakin bertambah. Saya tidak ingin sekadar sehat, tapi juga bugar. Menyaksikan orang-orang tua yang susah beraktivitas menjadikan saya tidak ingin menua seperti mereka. Bahkan sebenarnya saya tidak ingin menua. Saya benci menjadi tua. Mungkin ini salah satu alasan saya tidak merayakan ulang tahun, buat apa merayakan hari dimana kita bertambah tua. Tapi menjadi tua adalah niscaya. Dan saya berusaha untuk menjadi tua seperti Tom Cruise. Bukan pada sisi saya terjun dari pesawat di saat usia saya 50 tahun keatas, tapi saya masih ingin bisa melakukan hal-hal hebat sampai kapanpun. Saya masih ingin bisa berjalan jauh, olahraga, bermain basket, atau mungkin mendaki gunung, sampai kelak jika umur saya panjang. Tom Cruise meyakinkan saya bahwa menjadi tua tidak berarti kita berhenti melakukan berbagai aktivitas, kita masih tetap bisa melakukannya, tentunya dengan strategi dan perawatan-perawatan yang lebih. Sampai saat ini menerapkan pola hidup sehat dalam keseharian saya akan terasa menyenangkan, karena itu semua membawa saya melakukan aktivitas-aktivitas dengan enteng.

Usia saya masih 20an awal tapi saya sudah merasakan benci menjadi tua. Saya tidak ingin menua, tapi karena tidak ada pilihan lain, saya ingin menua seperti Tom Cruise. Wkwkwk…

Tinggalkan komentar