Salah Kaprah Disiplin

Setahun belakangan, saya baru sadar, ternyata persepsi saya (dan mungkin kebanyakan dari kita) soal disiplin selama ini ternyata salah.

Disiplin biasanya kita artikan sebagai suatu hal yang mengikat. Penuh aturan. Teratur dan tidak bebas. Dulu, ketika sekolah, kita mengenal disiplin sepaket dengan hukuman. Bagi mereka yang tidak disiplin akan dihukum. Mereka yang tidak taat aturan sekolah akan dikenakan sanksi. Sedangkan, aturan-aturan di sekolah banyak yang membebani kita, iya kan? Baju harus dimasukkan misalnya. Saya adalah salah seorang yang membenci seragam hari senin karena kemejanya harus dimasukkan rapi ke celana, karena aturan yang dirasa membebani itulah akhirnya kita membenci disiplin. Dari situ timbul persepsi kita bahwa disiplin itu mengekang.

Stephen Covey dalam bukunya The Eight Habits (2004) menulis, “Only the disciplined are truly free, the undisciplined are slaves to moods, appetites, and passion.”

Orang yang merdeka sesungguhnya adalah mereka-mereka yang disiplin. Sedangkan mereka yang tidak, sejatinya adalah budak dari suasana hati, selera, juga nafsu. Merujuk pada Stephen Covey, disiplin tidak mengekang, sama sekali tidak, disiplin justru membebaskan.

Jika saja dulu saya disiplin berlatih bermain basket, hari ini saya bebas bermain basket dengan berbagai cara dan gaya, bahkan bisa saja saya bebas bermain di berbagai turnamen. Sayangnya saya tidak disiplin latihan, dan yang terjadi sekarang, saya tidak bebas mencetak poin karena skill saya terbatas, saya tidak bebas bermain untuk tim dan ikut turnamen basket karena permainan saya memalukan.

Jika saja saya disiplin berlatih gitar atau drum, mungkin sekarang saya sudah bebas merdeka mengcover lagu, menulis musik, atau bahkan punya grup band saya sendiri.

Dari situ saya sadar, jika saya ingin bebas, terlebih dalam hal yang saya sukai, saya harus disiplin. Kemerdekaan yang saya idam-idamkan harus ditempuh melalui jalur disiplin.

‘Tapi kan, sama saja untuk menjadi bebas, kita harus terkekang oleh rutinitas, aturan, dan latihan-latihan?”

Kali ini saya meminjam ucapan Abraham Lincoln; “Discipline is choosing between what you want NOW, and what you want MOST.”

Tidur pagi hari memang menyenangkan, tapi kalau kamu ingin bisa finish marathon, ingin bebas berlari puluhan kilo, bebaskan dirimu dengan bangun pagi dan berlari. Tidur pagi sama saja dengan mengekang dirimu dengan kesenangan sesaat.

Makanya, disiplin akan lebih mudah dilakukan jika kita memiliki target. Ketika sekolah, kita tidak disiplin memasukkan seragam dengan rapi, bahkan membencinya, karena kita tidak punya sesuatu yang ingin dicapai dengan melakukan hal itu, selain agar tidak dihukum oleh guru. 

Disiplin membentuk kebiasaan dan membuahkan kebebasan. Jangan biarkan moodmu menjadi kebiasaanmu, dan berujung mengekangmu.

Tinggalkan komentar