Matahari

Catatan dari atap rumah

“Ketika kau melakukan sesuatu yang mulia dan indah dan tak seorang pun memperhatikan, jangan bersedih, karena Matahari pun tampil cantik setiap pagi meski sebagian besar penontonnya masih tidur”. Itu kata John Lennon. Tapi kataku, jangan seperti Matahari, kalau pagi menyinari tapi kalau sore menyilaukan, kalau pagi menyenangkan tapi kalau sore menjengkelkan.

Kalau kata Princess Leia, “Harapan itu seperti Matahari, kalau kamu mempercayainya, kamu bisa melihatnya”. Beda lagi kalau kata Adolf Hitler, katanya kalau kita pengen bersinar seperti Matahari, terlebih dulu kita harus terbakar seperti matahari. Kan ngeri.

Kata Bob Marley “You say you love sun, but you seek shelter when it is shining”.

Ada lagi, kata Tere Liye di salah satu novelnya “Akan ada hari-hari menyakitkan, dan kita tidak tahu kapan hari itu akan menghantam kita. Namun, selalu ada hari-hari baru, memulai bab baru bersama matahari terbit”. Salah satu judul novel karya Ernest Hemingway juga ada Matahari nya, judulnya The Sun Also Rises.

Tidak hanya dijadikan analogi dan kutipan-kutipan oleh orang-orang hebat, saking hebatnya si Matahari ini, sampai-sampai dulu Nabi Ibrahim pernah mengira Matahari ini sebagai Tuhan.

Jadi begini ceritanya.

Pagi tadi, aku ditugaskan oleh Mama untuk menjemur pakaian. Baju-baju yang sudah dicuci kukeluarkan dari mesin cuci, kumasukkan kedalam ember, dan kemudian kubawa ke tempat jemuran. Karena hari masih pagi, dan tempat jemuran di rumahku bertepatan dengan arah datangnya sinar matahari, aku langsung merasakan hangat. Aku jadi teringat, sudah lama sekali aku tidak berjemur di bawah matahari pagi, lama sekali aku tidak meluangkan waktu untuk sejenak mengagumi penciptaan matahari ini.

Jadi, setelah semua baju kugantung di jemuran dengan hanger, Kubuka tirai bambu dihadapanku, yang semula sinar matahari hanya masuk melalui celah-celah tirai, sekarang semua kehangatnnya terasa jelas di wajahku. Selesai menjemur pakaian, aku melompat keatas atap, giliranku menjemur badanku. Di bawah hangatnya matahari, aku terbaring di atas atap sambil senyum-senyum sendiri.

Oh ya, jangan lupa matahari pagi itu sehat. Mengandung vitamin D yang baik untuk pertumbuhan tulang.

Jangan lupa juga, matahari itu makhluk yang rela berkorban. Buktinya dia rela tenggelam hanya untuk menyenangkan orang-orang yang melihatnya, tenggelamnya setiap hari lagi. Lucu tidak?

Jadi, selain nikmat sehat dan waktu luang, ada satu nikmat lagi yang sering kita lupakan, yup, tentunya nikmat adanya Matahari!

Ada dua hal yang kusuka dari hidup ini; Bakso, dan matahari!

Terima kasih matahari, karena sudah menyinari. Terima kasih Ya Allah, karena telah menciptakan matahari.

Aku padamu. Matahari, Sang guru kehidupan.

Tinggalkan komentar