Kabar Baiknya Aku Hafal Arah Mata Angin

Udah satu bulan ini, aku ‘mengungsi’ di rumah eyang, karena rumah sedang direnovasi, atapnya ambruk, bener-bener ambruk, jatuh Brukk!! gitu, sumpah ga boong.

Karena sehari-hari di rumah eyang, aku berinteraksi dengan lebih banyak orang daripada di rumah. Lebih sering dan orang-orangnya macem-macem juga.

Kalau di rumah biasanya cuma sama keluarga, ayah mama adek-adek, atau sama tetangga, itupun juga cuma kalau ketemu di masjid.

Di rumah eyang ngobrolnya sama eyang, sama sepupu-sepupu, sama om tante, Pakde Bude, sama tetangga-tetangga, sama penjual sayur, sama penjaga toko pas beli gas, sama Pak Man, sopir becak yang biasa mangkal deket rumah eyang. dari dulu, dari sebelum aku lahir dan pandai berbohong.

Aku termasuk segelintir dari cucu Eyang yang nggak lancar ngomong bahasa Krama. Sepupu-sepupuku yang lain dibiasin ngomong Krama dari kecil. Aku engga. Bukan karena nggak diajarin, tapi karena dari kecil udah lama tinggal di luar jawa. Baru lahir langsung dibawa ke Sumatera, masuk TK balik ke Solo, SD belum lulus pindah lagi ke Kalimantan, karena dikit-dikit pindah kayak ikan salmon itu, aku jadi dibiasin ngomong pake bahasa universal, Indonesia. Ngomong sama temen pake bahasa Ngoko, tapi ngomong sama yang lebih tua lancarnya pake bahasa Indonesia.

Dan hidup sebulan di rumah eyang, di kelilingi orang-orang yang lancar ngomong Krama, itulah sabab musabab pengen juga bisa lancar ngomong Krama. Kabar baiknya aku udah hafal arah mata angin wkwkwk.. Walaupun kalo ngomong sama orang masih harus mikir-mikir, Barat itu kemana? Ngalor i mujur ndi? Pokoknya kalo solat madep ngulon. Lha kulon e pasar Legi? Asuu mikir neh wkwkwkwk…

Sebenernya udah dari dulu kepikiran pengen bisa lancar Krama, tapi sejak kemarin ini jadi muncul lagi gitu, apa namanya, isunya. Isu lancar ngomong bahasa Krama jadi sering muncul dipikiran wkwkwk…

Isu ini jadi makin penting setelah aku membaca sebuah caption di Instagram.

gambar terlampir.

di skrinsut tanpa sepengetahuan mas farid stevy hehe…

Setelah baca berkali-kali akhirnya mantep, aku harus lancar ngomong Krama dulu baru lancar Inggris, apalagi kalau lancar dua-duanya bareng, akan sangat amat yoi.

Kenapa tiba-tiba mengerucut ke bahasa?

Gatau. Mungkin karena waktu itu lagi habis denger ceritanya temen yang katanya lagi seneng dengerin intervew dan podcast dan video dan berita dan musik bahasa Inggris, terus cerita mulai ngerapiin writingnya, aksen-aksen, British-American, sampe ke budaya-budaya.

La apa hubungannya sama caption tadi? Kalo bisa bahasa Inggris terus bisa keluar angkasa gitu?

Ya nggak gitu juga. Maksudnya sekarang bahasa Inggris kan modern ya, orang yang ngomong pake bahasa Inggris dibilang maju, ya walaupun ga dikit juga dibilang alay. Tapi kan sekarang apa-apa pake bahasa Inggris ya. Mau belajar, ilmunya pake bahasa Inggris, berita-berita pake bahasa Inggris, informasi-informasi bahasa Inggris, teknologi pake bahasa Inggris. Semuanya lah pokoknya yang maju-maju, yang modern-modern.

Kalau bahasa Jawa Krama jelas dong: budaya, warisan nenek moyang.

Dalam bahasa Inggris ada pengetahuan, dalam budaya dan bahasa daerah ada pengetahuan dan warisan kebaikan.

Dengan logika kita bisa sampai ke luar angkasa, dengan rasa kita kembali pulang merawat budaya. Bahasa Inggris bisa membawa kita kemana-mana, belajar banyak hal dan melihat apa yang belum pernah kita lihat sebelumnya, bahasa Krama (daerah) membawa kita (aku) pulang ke rumah, ke tempat dimana aku dibesarkan dengan nilai-nilai kebaikan dan kesahajaan. Kemudian dengan nilai-nilai kebaikan tadi kita kembali melangit, menghujani hidup tidak hanya dengan air pengetahuan, tapi juga nilai-nilai kebaikan yang perlahan mulai kering dan terlupakan.

Yaa minimal, tiap hari kan kita udah dapet cukup asupan bahasa Inggris, lewat sosial media, berita dan film yang kita tonton, musik yang kita dengerin, mbok yao asupan budaya dan bahasa daerahnya juga ditambah.

Kan enak ya kalo misalnya ditanya ‘Badhe tindak pundi?‘, bisa jawab lancar ‘Badhe teng pasar Bude, tumbas kambil‘. Karena ketika ngomong gitu tadi kita nggak cuma menjawab pertanyaan dan memberi informasi, tapi juga menyatakan keramahan, niat baik, dan kepedulian. Yaa makasih ya sudah mau nanya dan basa basi, saya senang dan semoga harimu menyenangkan.
Kan gitu ya, iya nggak? Iya dong.

Logika, ilmu pengetahuan, mimpi, membawa kita terbang sampai keluar angkasa. Lha kalau nggak punya rasa, nggak paham budaya, dan nggak jelas rumahnya, mau mendarat dimana?

Tinggalkan komentar