Saya Jarang Ulang Tahun

Suatu ketika saya pernah diam-diam menyembunyikan kartu keluarga (asli, bukan salinan). Awalnya untuk keperluan administrasi ketika mendaftar kuliah. Selesai urusan administrasi, kartu keluarga tadi tetap saya simpan, alasannya: saya tidak hafal tanggal lahir anggota keluarga saya. Sebenarnya hafal, tapi sering lupa. Lupa-lupa ingat. Kartu keluarga membantu saya mengingat tanggal lahir anggota keluarga saya. Terutama tanggal lahir orang tua saya.

Kenapa harus kartu keluarga? Bukannya saya bisa mengetik dan menyimpan tanggal lahir orang tua saya di hp? Waktu itu saya juga tidak paham.

Aku i ncen mbuh.

Jujur saja saya baru hafal tanggal lahir orang tua saya akhir-akhir ini, mungkin satu atau dua tahun belakangan. Termasuk tanggal pernikahan mereka. Hafal diluar kepala tanpa bantuan kartu keluarga. Itu saja masih sering tertukar.

Saya orang yang jarang merayakan ulang tahun. Bukan karena alasan prinsip atau budaya, satu-satunya alasan kenapa saya jarang merayakan ulang tahun adalah karena saya tidak terbiasa. Tidak ada tradisi merayakan hari ulang tahun di keluarga saya, meski begitu selalu saja ada peringatan ulang tahun di keluarga saya, entah kedua adik saya yang mengucapkan selamat di grup whatsapp keluarga, atau tiba-tiba Ayah dan Mama membeli makan dengan porsi besar tanpa sepengetahuan orang rumah. Tapi tidak dengan saya. Saya tidak selalu mengucapkan selamat ulang tahun kepada keluarga saya. Seringnya karena saya lupa, atau saya yang berpikiran karena orang lain sudah melakukannya saya merasa tidak perlu melakukannya juga.

Apakah saya menganggap hari ulang tahun itu tidak penting? Entah lah. Yang pasti bagi saya hari ulang tahun selalu spesial, walaupun tidak ‘se-spesial’ itu. Atau mungkin karena sejauh ini hari ulang tahun saya tidak meriah, saya urung untuk mengingat dan merayakannya, termasuk  ulang tahun orang lain.

Saya heran dengan orang-orang yang ingat dengan tanggal lahir teman-temannya. Kok bisa gitu lho? Bahkan belum lama ini saya baru sadar, ternyata selama ini saya salah mengingat tanggal lahir sahabat saya. Selama ini saya ingat dia lahir bulan Januari, ternyata yang benar Februari. (atau kebalik?)

Saya hafal tanggal lahir saya, saya hafal Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus, tapi saya tidak notice jika besok adalah hari kemerdekaan atau jika besok adalah hari ulang tahun saya. Jangankan tanggal, sejak lulus SMA, hari ini hari apa pun saya sering salah. Dulu, seragam sekolah membantu saya mengingat hari itu hari apa.

Pernah suatu ketika saya berpikir ‘kayaknya merayakan ulang tahun nggak ada ruginya deh’ Sebabnya karena ketika hari ulang tahun saya, beberapa teman mengucapkan selamat dan memanjatkan doa-doa baik untuk saya. Teman-teman yang tidak pernah saya ingat kapan tanggal lahir mereka. Mereka mau lo meluangkan sedikit waktunya buat inget dan ngucapin selamat, apa salahnya kalo kamu bales? Hal ini yang mendorong saya untuk mencoba ikut mengucapkan selamat dan merayakan hari ulang tahun orang lain.

Tapi nyatanya tidak berhasil, saya masih sering ketinggalan perayaan-perayaan itu. Entah karena motivasi saya kurang kuat, atau karena kegengsian saya untuk membuka aplikasi whatsapp dan kesombongan saya untuk nongol di grup.

Keadaan pandemi dua tahun terakhir ditambah saya yang harus opname di rumah sakit beberapa bulan lalu, berpengaruh pada hal merayakan hari ulang tahun ini. Saya yang semula menganggap ucapan ‘Hati-hati’ dan ‘Sehat selalu’ sebagai omong kosong belaka, kini saya maknai sebagai ucapan yang sakral, lebih dari sekadar harapan, tapi janji. Janji agar dikemudian hari saya berhati-hati dalam setiap hal yang saya lakukan dan senantiasa menjaga kesehatan saya.

Ucapan-ucapan demikian, terutama ‘sehat selalu’ menjadi hal yang krusial bagi saya. Apalagi setelah mengetahui ternyata saya cukup mudah untuk jatuh sakit.

Ketika ulang tahun, tidak hanya pesan Whatsapp dan mention-an story instagram kita yang ramai (walaupun hal itu tidak berlaku bagi saya), tapi juga pada hari itu sirkulasi doa sedang lancar-lancarnya. Doa-doa panjang umur, sehat, sukses, kaya, dan berkah selalu, secara bersamaan mengudara di langit-langit dunia. Hari ulang tahun menjadi spesial bagi saya karena di hari itu ucapan ‘sehat selalu’ banyak diucapkan oleh orang-orang.

Tapi hal itu tidak otomatis membuat saya rajin mengucapkan selamat dan menghafal tanggal lahir teman-teman saya. Alih-alih membiasakan diri saya untuk mendoakan orang lain yang sedang berulang tahun, saya menantang diri sendiri untuk selalu mendoakan mereka tanpa harus menunggu mereka berulang tahun. Menerbangkan doa-doa tanpa harus menunggu momen hari spesial, atau sebaliknya menspesialkan setiap hari, meng-ulang tahunkan setiap hari. Melancarkan sirkulasi doa-doa tanpa kenal waktu.

Sampai sekarang saya masih sering lupa tanggal lahir teman dan keluarga saya, saya masih sering kelewatan perayaan ulang tahun mereka. Tapi saya selalu ingat, jika saya punya misi untuk selalu mendoakan dan merayakan keberadaan mereka, tanpa harus menunggu mereka berulang tahun.

Kini, ketika hari ulang tahun, khususnya hari ulang tahun saya, hal pertama yang saya ingat (harusnya) bukanlah untuk merayakan diri saya sendiri, tapi untuk berterima kasih kepada orang-orang yang saya sayang. Bukan menunggu ucapan dan perayaan dari orang lain, tapi  mendoakan dan merayakan kehadiran mereka di hidup saya.

Saya punya misi untuk selalu mendoakan mereka, menyertakan mereka di setiap kunjungan saya ke Tuhan, merayakan kehadiran mereka, berterima kasih karena tanpa mereka, saya tidak akan sampai sejauh ini. Dan hari ulang tahun jadi semacam waktu khusus untuk evaluasi bagi saya, berapa hari dalam setahun ini yang kamu lewatkan tanpa mendoakan mereka? Se sombong itu kah kamu, sampai melupakan mereka yang menyebabkan hidupmu menyenangkan? menyumbat sirkulasi doa-doa yang kau susun tahun-tahun sebelumnya?

Pandemi memaksa kita menjaga jarak dan menyembunyikan senyum. Ada banyak hal yang akan mencegah kita untuk saling bersentuhan. Selain secara virtual, kita selalu bisa terkoneksi lewat semesta, melalui doa-doa yang kita terbangkan.

Terima kasih untuk teman-teman semua yang sudah mengisi daftar hadir di hidup saya. Terima kasih sudah mengajarkan saya banyak hal, memberikan banyak pengalaman, dan membentuk saya menjadi seperti ini.

Sedang musim hujan. Jaga kesehatan. Semoga hari-hari kita selalu ceria, dijauhkan dari masuk angin, pilek, dan batuk berdahak. Aamiin

Tinggalkan komentar