Vecna, Trauma, dan Walkman

Dari empat musim series Strager Things, musim ke-4 adalah favorit saya, dan saya yakin begitu juga banyak penonton yang lain. Saya jadi tidak sabar menunggu musim terakhirnya, sayangnya saya harus menunggu 2 tahun lagi.

Hal pertama di musim ke-4 Stranger Things ini yang menarik perhatian saya adalah warnanya. Color Grading di series ini sopan sekali masuk ke kornea mata. Gabungan warna oranye-kuning bikin series ini kelihatan 80s banget, ditambah dengan warna biru yang bikin ‘mewah’. Jadi walaupu berlatar tahun 80an, kesannya tidak usang dan jadul, tapi antic. Vintage. Scoringnya pun iya, pilihan lagu-lagu lawasnya bener-bener bikin saya penasaran gimana rasanya hidup di tahun 80-90an. Wkwkwk…

Setelah itu jelas, jalan ceritanya makin seru. Arah cerita yang makin jelas, villain utama, big boss dari semua monster di musim-musim sebelumnya akhirnya muncul, dan yang paling menarik bagi saya adalah ide ceritanya.

Di musim ke-4 in akhirnya kita tahu, semua monster tanpa wajah, the things, and seisi dunia upside down ternyata di kendalikan oleh seorang manusia (mantan manusia) dengan sebutan Vecna, yang ketika masih jadi manusia namanya Henry. Vecna punya tujuan membuka portal dunia upside down di kota Hawkins, ia ingin Hawkins menjadi bagian dari dunianya, dunia yang ia kendalikan. Untuk sampai kesana , Si Vecna ini perlu melakukan semacam ‘ritual’, cara dia memberi tahu misinya ke Eleven dan kawan-kawannya, yaitu dengan cara membunuh 4 jiwa. Yang jadi tumbal, adalah orang-orang yang memiliki pengalaman buruk, khususnya anak-anak SMA Hawkins yang memiliki masalah dan pernah mendatangi guru BK.

Vecna akan masuk ke dalam pikiran korbannya, mengakses trauma dan pengalaman buruk si korban, mengurung mereka di dalam alam bawah sadar sampai mereka ketakutan, kemudian menghabisi mereka dengan cukup sadis. Sendi-sendi patah, mata dan kepala hancur.

Saya kagum bagaimana ide cerita ini dibuat, kenapa korban yang mati adalah mereka yang memiliki pengalaman buruk, dan cenderung menyimpan pengalaman buruk mereka. Di dunia nyata (dunia kita) banyak cerita bagaimana pengalaman buruk dan trauma (yang tidak diobati) bisa berakibat mengerikan, termasuk kematian, walaupun tidak sampai mati mengenaskan seperti di series ini. Saya pernah mendengar bagaimana seorang anak harus kehilangn penglihatannya hanya karena dia di bully di sekolah. Kita tahu, memelihara pikrian negaif dan pengalaman buruk itu merugikan, dan bagaimana ide itu dijadikan sebuah cara untuk membunuh di Stranger Things bikin saya kagum.

Di musim ke-4 ini juga ditunjukkan bagaimana kekuatan kata-kata, power of words, ketika Eleven mencoba masuk ke dunia upside down untuk melawan Vecna melalui alam bawah sadar, ketika itu Eleven hampir menyerah, di dunia nyata, di samping Eleven, Finn meneriakkan kata-kata untuk menguatkan El, salah satunya Finn akhirnya mengucapkan ‘I love you’, kata yang selama ini sulit ia katakana kepada Eleven.

Soal power of words ini saya jadi ingat salah satu ajaran guru SD saya, ketika itu kami diminta menghias kelas, setiap anak diberi kertas karton dan diminta menulis sebuah kata motivasi atau kata mutiara lalu kemudian dihias, syaratnya: tidak boleh menulis kata-kata negatif! Termasuk kata-kata seperti; jangan, dan tidak. Jadi menulis ‘Jangan menyerah’ meskipun itu artinya positif, tetap harus diganti, dengan ‘Terus berusaha’ atau ‘Pasti bisa!’,  misalnya. Beberapa tahun kemudian, saya baru ngerti pemilihan kata untuk dibaca atau di dengar itu sangat berdampak bagi sisi psikologis manusia.

Balik ke Stranger Things, semua korban yang dijebak Vecna di alam bawah sadarnya berhasil dibunuh, kecuali satu orang, Max Mayfield. Ternyata serangan Vecna tidak tanpa celah. Ada cara untuk keluar dari perangkap alam bawah sadar Vecna dan kembali ke alam sadar, dengan cara mendengarkan musik. Katanya, suara musik bisa menembus ke alam bawah sadar. Dan Max berhasil selamat dari peragkap Vecna dengan bantuan lagu favoritnya, Running Up That Hill milik Kate Bush.

Ini juga tidak kalah menarik bagi saya. Dari episode pertama diperlihatkan, Max selalu membawa Walkman kemana-mana. Ceritanya waktu itu tahun 1986, tahun 80an adalah masa kejayaan Walkman sebagai pemutar musik. Semua anak muda gaul punya Walkman. Saya beberapa kali pernah cerita sebelumnya, saya pernah punya Walkman, saya memiliki ketertaikan dengan alat pemutar jadul ini.

Baca juga: Love-Hate Relationship with Sophistication #1

Dalam sejarah pemutar musik, era Walkman memang bisa dibilang cukup singkat. Pertama kali dirilis tahun 1979, tahun 90an popularitasnya mulai menurun karena kehadiran Mini Disc dan disusul lahirnya Ipod di tahun 2001. Meski begitu, Walkman menjadi cikal bakal pemutar musik portabel. Walkman adalah awal mula manusia mendengarkan musik dimana saja, sambil berjalan, berolahraga, berkendara, sebelum musik diputar secara digital, semua itu dilakukan melalui Walkman.

Baca juga: Sejarah Walkman, Alat Pemutar Musik Legendaris Asal Jepang

Saking meledaknya Walkman ketika itu, sampai-sampai muncul istilah “Walkman Effect”, cara mendengarkan musik dimana seseorang memiliki kontrol penuh atas lingkungannya. Ketika mendengarkan musik melalui Walkman dan menyumpal telinga mereka dengan headset, seseorang akan ‘terisolasi’ di dunianya sendiri, di waktu yang sama ia seakan sedang tidak terkoneksi dengan dunia luar. Ketika mendengarkan Walkman, seseorang sedang berada di dunianya sendiri.

Melalui Max yang kemana-mana membawa Walkman dan ternyata itulah yang menyelamatkannya dari Vecna, mungkin adalah cara Duffer Brother (sutradara Stranger Things) mengisahkan Walkman Effect. Di kenyataan, Walkman memisahkan pendengarnya dengan lingkungan sekitar, tapi di Stranger Things Walkman justru megambilkan dan menyambungkan kembali pendengarnya dengan lingkungan sadarnya.

Saya selalu suka film berlatar tahun 80-90an, Stranger Things adalah salah satu series berlatar 80an yang enak sekali ditonton. Dari jalan cerita, sinematografi, sampai soundtracknya.

Saya jadi kepikiran, kalau dunia upside down nyata adanya, dan Vecna sedang mencari mangsa, kira-kira apa lagu yang akan saya pilih untuk membawa saya kembali ke alam sadar? Sepertinya ide bagus untuk membeli Walkman (lagi), berhubung saya masih memiliki beberapa koleksi kaset tape.Saya selalu kesulitan menentukan lagu favorit, tapi jika memang Vecna berusaha mengakses trauma dan pengalaman buruk saya, saya memilih lagu Restart milik band Pop punk asal Perancis, Chunk! No Captain Chunk! Untuk menyelamatkan saya. Wkwkwk…

Tinggalkan komentar